Kata geger yang mempunyai kata
perkelahian, dimana zaman dahulu masyarakat desa geger sering menyelesaikan
persoalan dengan cara perkelahian atau kekerasan demi sebuah kehormatan jati
diri.
Salah
satu persoalan zaman dahulu adalah sengketa masalah rawa pertanian(sebelah
utara desa geger), dimana rawa tersebut menjadi perebutan atau sengketa
masyarakat sekitar. Secara letak geografis, rawa tersebut berada tak jauh dari
wilayah desa pucangro kalitengah(letaknya disebelah timur desa pucangro)atau
desa karangwedoro dan juga desa badurame. Tapi dengan cara gegeranuntuk
menyelesaikan masalah tersebut, petinggi atau pada zaman sekarang disebut
kepala desa. Petinggi geger yang paling kuat dan menang melawan masyarakat dan
juga petinggi disekitar daerah rawa tersebut. Akhirnya, rawa tersebut masuk
dalam wilayah geger meski letak rawa tersebut berada paling jauh dari
perkampungan desa geger dibanding dengan ketiga desa tersebut.
Berkaitan
dengan letak yang berada diwilayah kabupaten lamongan suasana budaya masyarakat
jawa sangat terasa didesa geger. Dalam hal kegiatan agama islam suasananya
sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan soial jawa seperti adanya budaya
nyadran, slametan, tahlilan, mitoni dan lainnya.yang semua itu merefresikan
sisi akulturasi sisi budaya islam dan jawa. Masyarakat desa geger dalam rangka
merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial,
politik, agama dan budaya yang tentunya menjadikan kearifan tersendiri.
Dalam catatan sejarah, selama ini belum pernah terjadi
bencana alam dan sosial yang cukup berarti didesa geger isu-isu terkait tema
tersebut.
Siapa yang posting ini? Ngawur..
BalasHapusSok tau.dongeng
BalasHapusAku iki wong geger...
BalasHapusmang eak
BalasHapus