Seperti pada umumnya kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat jawa tempo dulu, Penyebutan nama baik terhadap tempat,
orang, tumbuhan dan sebagainya didasarkan pada kondisi yang ada pada saat itu
(Mengikuti kehidupan mereka).
“Kedung”
Adalah istilah jawa yang artinya lubangan yang sangat dalam atau tanah yang digali
sangat dangkal. Dan “Sumber” Adalah
istilah jawa yang artinya Munculnya air dari dalam galian tanah. Konon, Kisah
pemakaian nama “kedung sumber” ini
berawal dari kisah seorang pengembara kerbau. Menurut cerita yang beredar dalam
masyarakat, ketika itu ada seorang pak tua yang sedang menggembara kerbau
disebuah alas yang terletak di sebela selatannya dusun. Pada saat itu kerbau
yang di gembara pak tua kehausan. Dan di alas tempat pak tua menggembara tidak
ada air sedikitpun. Penggembara tua itu kebingungan mau mencari air dimana,
karena di dalam alas tidak ada sumber mata air. Akhirnya pak tua menemukan ide
yaitu dengan menggali tanah dengan tujuan agar bisa mengeluarkan air. Tetapi
sangat disayangkan kerja keras pak tua tidak membuahkan hasil, meski galian
tanah pak tua sampai puluhan meter tapi air masih tak kunjung keluar.
Kerbau yang
digembara pak tua itu marah marah, Kebingungan pak tua semakin menjadi, tetapi
Semangat penggembara kerbau itu tidak putus asa sampai disitu, dia menemukan
cara baru yaitu membuat lubangan persegi. Lubangan persegi itu dibuat dengan
tujuan jika hujan turun maka lubangan persegi terisi dengan air dan bisa di
manfaatkan untuk menggembara kerbaunya. Kemudian pak tua menggali lubangan
persegi yang cukup luas di tengah alas itu, tak lama kemudian sebelum pak tua
menyelesaikan pekerjaanya itu, hujan tiba tiba mengguyur lubangan persegi yang
belum terselesaikan oleh penggembara tua itu. Akhirnya seekor kerbau yang
digembarainya sangat gembira dan langsung masuk kedalam lubangan persegi
tersebut atau dalam istilah jawa sering disebut dengan jublang.
Dari kejadian
inilah dusun yang terletak di tengah alas ini dinamai dengan dusun “kedung sumber” yang artinya sebuah dusun
yang sangat sulit didapatkan sumber mata
air. Sampai bertahun tahun dari kejadian penggembara tua tersebut, dusun kedung
sumber masih sangat sulit untuk mendapatkan air, dan mayoritas masyarakat dusun
kedung sumber jika menginginkan air maka harus di dapatkan dari blombang atau
jublang, Tetapi sebagian masyarakat kedung sumber yang tergabung masyarakat
mampu mereke memanfaatkan air dengan cara pak tua penggembara kerbau tadi yaitu
menggalih tanah atau dalam istilah jawa sering disebut pengeboran sedalam 100
meter baru bisa didapatkan sumber mata air dengan merogo kocek sebesar 2juta
lima ratus ribuh rupiah pada tahun 2005-an.
0 komentar:
Posting Komentar