Ketika sultan Agung memutuskan perang terhadap
Belanda di Batavia. Panglima perangnya, yaitu Tumenggung bahurekso, adipati
kendal dan Gubernur Pesisir Laut Jawa. Kendal pada akhirnya menjadi pusat
perhatian para sentono kerajaan. Para Bupati,tumenggung maupun pembesar
kerajaan lainya perhatianya tertuju pada figur Tumenggung Bahurekso dan
Kadipaten kendal sebagai pusat pertahanan dan menjadi pusat persiapan angkatan
perang menuju ke Batavia. Banyak adipati atau tumenggung yang harus
meninggalkan daerahnya dan berkumpul di Kendal.Para pembesar kerajaan yang
hadir diantaranya Tumenggung Rajegwesi, Kyi Akrobudin dan Ario Wiro Notopoda
atau Surapoda yang makamnya berada di Desa Sukodadi. Bahurekso memutuskan
pertemuan persiapan perang tidak di pendopo kabupaten tetapi di sebuah tempat
yang dekat dengan pantai, dan tempatnya harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih
ternyata di tengah hutan/persawahan tepatnya di bawah pohon Kemangi
(sekarang) yaitu wilyah Desa Jungsemi Kecamatan kangkung. Penanggung jawab
pertemuan diserahkan pada Tumenggung Rajekwesi .tokoh ini yang mengatur prosesi
pertemuan dari awal sampai akhir dan bahkan termasuk keamana para tokoh-tokoh
kerajaan dari intaian telik sandi atau intel/mata-mata pihak lawan.oleh karenanya
daerah-daerah yang dijadikan pintu masuk para petinggi kerajaan itu di
jaga dengan ketat. Tidak hanya itu ,penjagaan dengan cara batin dan
sepiritual pun dilaksanakan dengan baik. Suasana daerah yang menuju
ke paseban kemangi benar-benar ramai, karena banyak petinggi dan leluhur
mataram menuju tempat itu. Untuk menuju ke paseban kemangi para petinggi
mataram tidak langsung ketempat Paseban, mereka terlebih dahulu disambut untuk
istirahat di Padepokan Laduni Faqoh milik temenggung Rajekwesi atau nama
lain semboro dan juga kyi Akrobudin. Padepokan laduni Faqoh juga mempunyai daya
spiritual yang sangat tinggi, baik para petinggi Mataram maupun para prajurit
lainya. Tempat itu kemudian didiami oleh Ario Wiro Notopoda atau Suropodo.
Sampai beliau meninggal dan dimakamkan di padepokan itu. Kemudian desa itu
dikenal dengan nama Desa Depok. Berawal dari cerita itulah Desa Sukodadi ini
ada. Dahulu Desa Sukodadi berasal dari dua Desa yaitu Desa Depok dan Desa
Wonosari, menjadi satu Desa dinamakan Desa Sukodadi (suka jadi) karena pada
masa itu banyak pembesar/petinggi mataram yang suka singgah di Padepokan Laduni
Faqoh sehinga desa itu dinamakan Desa Sukodadi.
0 komentar:
Posting Komentar