Pada zaman dahulu kala terdapat sebuah
kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat tersohor pada
masanya, namun ketika raja tersebut sudah tua dan menderita sakit keras, maka
raja berencana menurunkan tahtanya kepada putra satu-satunya yakni Den Bagos.
Den Bagos adalah pangeran yang sangat tampan, sehingga tidak salah kalau raja
memberikan nama Den Bagos. Tetapi di sisi lain, adik sang raja juga
menginginkan tahta tersebut.
Segala hal dilakukan oleh adik sang raja
demi mendapatkan tahta tersebut, termasuk menyingkirkaan pangeran Den Bagos yang
merupakaan pewaris tahta satu-satunya. Dia rela menghabiskan banyak uang untuk
menyewa pembunuh bayaran. Bahkan dia secara diam – diam sempat membuat
sayembara untuk membayar seseorang yang memenggal kepala Den Bagos. Dia tidak
peduli bahwa Den Bagos adalah keponakannya.
Suatu hari, adik sang raja menyuruh
beberapa orang untuk membunuh pangeran Den Bagos. Namun pangeran Den Bagos
mengetahui maksud jahat sang paman sehingga pangeran Den Bagos pun kabur dari
kerajaan. Den Bagos kabur menjauh hingga sampailah di sebuah pemukiman
penduduk. Pangeran pun berencana tinggal sementara di pemukiman tersebut.
Penduduk yang bertempat tinggal di pemukiman tersebut tidak mengetahui bahwa
pangera Den Bagos adalah pewaris tahta.
Para penduduk desa menganggap pangeran
Den Bagos hanyalah seorang musafir yang singgah sementara di pemukiman mereka.
Pangeran Den Bagos pun bergaul dengan warga pemukiman dengan sangat erat
layaknya seorang pria biasa. Pangeran Den Bagos mendapat banyak sekali
pelajaran dan keluhan warga pemukiman. Namun setelah lama Den Bagos tinggal di
pemukiman, adik sang raja pun mendengar berita tersebut.
Adik sang raja menjadi murka, dia
langsung menyuruh orang bayaran untuk menyusul pangeran Den Bagos dan
membunuhnya. Tidak lama kemudian orang suruhan adik sang raja pun tiba di
pemukiman tersebut dan menanyakan keberadaan sang pangeran Den Bagos pada
penduduk pemukiman. Namun warga tidak tau apa – apa sehingga selalu menjawab
pertanyaan mereka dengan kata “Dukoh” yang berarti “tidak tau”. Keadaan
tersebut berlangsung selama beberapa bulan.
Suatu malam sang raja meninggal dan sang
adik raja semakin murka. Dia menyusun strategi untuk membunuh pangeran Den
Bagos pada saat di ruang sang raja. Rancana tersebut di berikan pada orang
suruhanya. Tepat pukul 12 malam, orang suruhan adik sang raja memasuki ruangan
sang raja dan membunuh satu – satunya orang yang berada di ruangan selain raja
namun orang yang di bunuh oleh orang suruhan tersebut bukanlah pangeran Den
Bagos, melainkan adik sang raja atau orang yang menyuruh mereka sendiri. Adik
sang raja berada di ruaangan tersebut untuk mempersiapkan upacara pemakaman
sang raja. Sang pangeran Den Bagos pun mendengar berita tersebut dan segera bergegas
ke kerajaan.
Selang beberapa bulan,
sang pangeran yang telah di angkat menjadi raja itupun datang ke pemukiman
tempat dia bersembunyi dari kejaran pembunuh bayaran untuk memberikan hadiah
pada penduduk dan sebagai tanda terimakasih, maka raja Den Bagos memberi nama
pemukiman tersebut dengan sebutan “DUKOH” mengingat saat para pembunuh bayaran
bertanya pada warga tentang pangeran, selalu di jawab dengan kata “DUKOH” dan
berlangsung berbulan – bulan lamanya.
0 komentar:
Posting Komentar