Dahulu kala di sebuah daerah yang belum berpenghuni,
datanglah enam orang yang berasal dari daerah yang jauh. Rombongan ini dipimpin
oleh seseorang yang bernama Panji. Beliau adalah sosok yang dituakan pada
rombongan ini karena beliau memiliki keistimewaan berupa indera keenam yang
bisa berkomunikasi dengan alam lain.
Ketika rombongan tersebut sampai di daerah yang dianggap
oleh mereka subur, maka akhirnya sebagai orang yang dituakan, Mbah Panji
akhirnya memutuskan untuk menetap didaerah tersebut, yang sekarang lebih
dikenal dengan nama desa Menongo. Selanjutnya mbah Panji bersama kelima orang
anggotanya tersebut membangun rumah serta membabat hutan untuk dijadikan lahan
pertanian.
Pada suatu ketika di musim kemarau yang panjang, rombongan
yang telah memutuskan untuk menetap itu dihadapkan pada suatu masalah. Di
daerah itu sumber air yang ada telah kering dan hampir tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Musyawarah diantara keenam orang tersebut
akhirnya dilaksanakan, sampai akhirnya didapatkan suatu kesepakatan bahwa
mereka akan membangun sebuah sumur disebelah utara tempat tinggal mereka,
tepatnya didekat daerah persawahan.
Akhirnya pada suatu hari yang dipercaya baik oleh Mbah Panji
selaku sesepuh, maka keenam orang tersebut menuju bagian utara desa untuk
membuat sebuah sumur. Dalam waktu setengah hari pekerjaan membuat sumur itu pun
selesai. Keenam orang tersebut akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Sumur
hasil buatan keenam orang tersebut ternyata sangat bermanfaat bagi kelancaran
kehidupan, baik sehari-hari maupun untuk mendukung aktifitas mereka sebagai
petani, yaitu sebagai sumber irigasi.
Hari demi haripun berlalu mereka hidup dalam keadaan yang
berkecukupan. Sampai akhirnya para penghuni daerah tersebut mulai merasa sangsi
terhadap rasa dari air sumur buatan mereka. Mereka merasa seolah ada hal ghaib
yang mempengaruhi kualitas rasa dari sumur hasil buatan mereka. Mbah Panji yang
dianggap memiliki kemampuan lebih dibandingkan yang lain akhirnya bersemedi
untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul tersebut. Dalam semedinya tersebut
mbah Panji merasa didatangi oleh dua orang pemuda bertubuh kekar. Salah satu
dari pemuda tersebut menunggangi kuda sedangkan pemuda yang lain menunggang
macan. Kedua pemuda tersebut bermaksud untuk menghalangi rencana pembuatan
sumur oleh penduduk desa, sampai akhirnya dalam semedinya itu mbah Panji
bertempur hebat selama enam hari dengan kedua pemuda tersebut. Akan tetapi baru
pada hari ketujuh, Mbah Panji dapat mengalahkan kedua pemuda tersebut.
Pada hari ketujuh itu, setelah berhasil mengalahkan kedua
pemuda tersebut, Mbah Panji mencukupkan semedinya. Setelah itu mbah panji
kembali ke kampung tempat kelima orang anggotanya tinggal. Setelah sampai Mbah
Panji memerintahkan mereka untuk membangun sebuah sumur lagi tepat disebelah
selatan dari sumur pertama, dan mengarah lebih dekat dengan pohon beringin yang
tumbuh di daerah tersebut. setelah bergotong royong dan menguras keringat
selama hampir setengah hari akhirnya sumur itupun selesai dibuat.
Kedua sumur yang dianggap dibuat oleh para sesepuh desa pada
saat itu, sampai sekarang masih dapat dijumpai dan terletak tepat disebelah
utara desa Menongo. Pohon beringin yang letaknya dekat dengan sumur kedua
(sebelah selatan) juga masih bisa ditemui. Terkadang penduduk sekitar juga
masih sering melihat penampakan seekor kuda dan macan yang berjalan
mengelilingi desa tempat sumur itu berada yaitu desa Menongo. Salah satu versi
cerita tersebut merupakan cerita dari para sesepuh desa yang diceritakan secara
turun-temurun.
Dari salah satu sesepuh desa yang saya temui,
beliau mengungkapkan bahwa asal mula adanya dua sumur di utara desa yang
sekarang disebut sebagai sumur kembar, tidak bisa dilepaskan dari cerita
munculnya desa menongo itu sendiri.
Sip. Tambahi link copasnya biar barokah.m
BalasHapusApa hubungannya dengan kata menongo dengan desa Menongo yang ada sumur kembar
BalasHapus