Konon jaman dahulu ada seseorang nenek yang bernama Nyi Towo,
Nenek tersebut datang dari suatu daerah dan menemui tanah yang sangat luas yang
subur dan banyak ditumbuhi oleh pepohonan dari tebu-tebuan dan sejenisnya yang
daerah tersebut merupakan cikal bakal dari desa Sungegeneng. Kemudian nenek
tertarik dengan tanah tersebut dan berkeinginan untuk membabat alas semua
daerah tersebut dengan cara membakar tanaman tebu-tebuan tersebut untuk
dijadikan pemukiman baru. Daerah yang terbakar dan sebaran abu dari jenis
tebu-tebuan tersebut diklaim akan menjadi bagian dari wilayah pemukiman
tersebut. Karena besarnya api yang memakan hutan tebu-tebuan tersebut dan abu
(latu) yang menyebar luas. Hal itulah yang menjadikan desa Sungegeneng memiliki
luas daerah yang paling besar melebihi dari desa-desa lainnya dalam 1 (satu)
kecamatan, bahkan dalam 1 (satu) kabupaten. Dimungkinkan setelah beberapa puluh
tahun kemudian mulailah terbentuk masyarakat kecil disuatu pusat wilayah
tertentu di desa Sungegeneng kuno. Terdapat pula beberapa sumber yang
mengatakan bahwa dulunya desa Widangkunti merupakan asal muasal desa
Sungegeneng, letaknya bukan berada pada desa Widang yang sekarang ini, akan
tetapi letaknya diperkirakan berapa pada area persawahan sebelah barat desa
Sungegeneng agak ke selatan yang area tersebut masih merupakan daerah milik
desa Sungegeneng sampai sekarang. Walaupun telah menjadi area persawahan, namun
jika ditelusuri diarea persawaan tersebut, diketahui dulunya ada bangunan
masjid kecil dan jejak-jejak peninggalan bekas bangunannya sedikit masih ada.
Kemudian karena alasan tertentu, sekelompok keluarga yang tinggal di desa
Widangkunti tersebut yang merupakan cikal bakal nenek moyang desa Sungegeneng
akhirnya berpindah ke wilayah pertengahan agak ke utara sepanjang jalur timur
sampai ke barat sampai sekarang ini.
Setelah beberapa tahun kemudian, ditemukan beberapa pecahan
benda-benda mirip keramik, piring dibeberapa tempat yang sepertinya khusus, dan
jika ditelaah lebih jauh, ternyata pecahan-pecahan benda tersebut mirip sekali
dengan beberapa motif benda di daerah pesisir utara, tepatnya dari daerah
sendang dhuwur sunan Drajat Paciran. Ini mengindkasikan bahwa Islam telah lama
berkembang dengan pesat di desa Sungegeneng dan diperkirakan sejaman dengan
sunan Drajat. Berita ini diperkuat dengan adanya tempat yang dulunya diketahui
sebagai pondok Kyi Mangsi yang sakti mandraguna dan para santrinya yang datang
dari berbagai daerah dijaman itu. Tempat pondok tersebut diperkirakan berada
disebelah barat dusun Demangan, dan berpusat yang sekarang ditempati oleh rumah
Pak Hartoyo. Luasan daerah pondok pesantren tersebut kurang lebih membentang
sampai sebelum kearah masjid LDII (sekarang) dan disebelah selatannya
berbatasan langsung dengan sungai. Lalu dibagian manakah bangunan peradaban
dari desa Sungegeneng tersebut pertama kali dibangun. Sebelumnya perlu
diketahui dan menilik dari alur persebaran luasan daerah didesa yang dimulai
dari bagian tengah sedikit timur, sampai ke selatan. Anggaplah batasan utara
dan selatan pada saat itu adalah “kali ombo” (sungai yang berada diseberang
rumah Bu Kies : sekarang) yang memanjang dari barat hingga timur. Hal ini dapat
ditarik kesimpulan awal bahwa peradaban desa Sungegeneng dibangun di daerah
dekat tepian sungai dan berada ditengah agak ketimur.
Desa Sungegeneng dulu merupakan lokasi
dari wilayah yang strategis untuk perdagangan, ini ditengarai waktu kejadiannya
yaitu beberapa tahun setelah zaman kemerdekaan Indonesia. Dulunya tempat yang
sekarang digunakan sebagai kantor desa (sebelahnya telaga kulon : sekarang)
adalah pasar agung tepat saudagar-saudagar besar berdatangan ke desa
Sungegeneng dan memang saat itu sangat ramai terjadi transaksi jual beli barang
dan jasa yang padat mulai dari setelah subuh sampai hamper mendekati malam
hari. Setelah beberapa puluh tahun kemudian pasar tersebut mulai sepi ketika
mulai ada pasar kecamatan, yaitu tepat pasar sekaran (saat ini).
Desa Sungegeneng kecamatan Sekaran
Kabupaten Lamongan dengan kodepos desa Sungegeneng : 62261 membentuk bangun segitiga
untuk wilayah pemukimannya. Terletak kurang lebih pada Lintang 7°02’56.60”S
112°17’41.02”E (Tujuh derajat, dua menit, dan lima puluh enam koma enam puluh
detik Lintang Selatan. Seratus dua belas derajat, tujuh belas menit, dan empat
puluh satu koma dua detik Bujur Timur).
0 komentar:
Posting Komentar