Dahulu kala ketika zaman kerajaan
mataram islam telah ada sebuah desa disebelah selatan bengawan solo yang
bernama “Karang panggang”. Desa ini sangat terpencil diantara dua hutan yaitu
hutan”Wono Rejo dan Hutan Babatan” yang saat ini telah menjadi sebuah dusun
bentol bagian dari desa ngambeg, dan desa Babat Kumpul. Didesa Karang Panggang
ini kehidupan sangat tenang dan toleransi terhadap sesama dan budaya sangat
tinggi dan mempunyai peradaban yang sangat mulia
Suatu
ketika disebuah desa yang sejahtera dan penuh kedamaian lahirlah seorang pemuda
yang terkenal agak Bengal dan bandel, tapi sangat sakti mandraguna, dengan
sifat yang ugal-ugalan pada waktu itu dan oleh para tokoh desa Karang Panggang
dianggap bertingkah yang tidak pantas maka pemuda itu diusir dari desa, dengan
berat hati pemuda ini (yang sampai saat diketahui sebagai Mbah Langkir) harus
meninggalkan desa yang sangat dicintainya sehingga dia harus bermalam dan
berteduh di pepohonan hutan jati di sebelah timur Desa Karang Panggang dengan
kesaktian yang dimiliki pemuda itu akhirnya mengembara bertahun-tahun dan
akhirnya kembali kehutan (tempat pembuangannya) dengan membawa seorang istri
dan teman-temanya.
Waktu
terus berjalan dan akhirnya hutan yang selama ini ditempati oleh pemuda itu
dirubah menjadi suatu perkampungan yang ramai sehingga banyak pemuda dari Desa
Karang Panggang yang ikut bergabung kepada pemuda itu.ternyata dendam pemuda
yang diusir dari Desa itu tidak pernah padam sehingga suatu saat dia memimpin
penyerangan ke Desa Karang Panggang dan membakar semua rumah yang ada di Desa
tersebut. Banyak warga yang mengungsi keluar dari Desa dan banyak pula Warga
Desa Karang Panggang yang ikut menyatu dan bergabung pada pemuda itu. Sehingga
saat itu desa Karang Panggang hancur menjadi debu dan sampai saat ini tak
berbekas sebuah Desa Karen Asaat ini tempat desa tersebut dijadikan makam
(Makam Kulon) dekat dengan lapangan sepak bola
Dan waktu terus berjalan pemuda itu
akhirnya wafat dan belum sempat memberikan nama pada Desa tersebut dan sekarang
makamnya ditempatkan bersebelahan dengan istri tercintanya yang oleh warga desa
saat ini disebut makam ”Mbah Langkir” ada disebelah timur Desa berbatasan
dengan Desa Padengan Ploso.setelah wafatnya Mbah Langkir terjadilah perselisihan
diantara tokoh-tokoh masyarakat untuk memilih pemimpin baru yang pada saat itu
di zaman penjajahan belanda. Belanda hanya memfasilitasi dan tidak menunjuk
pemimpin baru dan diantara tokoh-tokoh yang terkenal saat itu adalah Mbah Agung
beliau terkenal sangat arif dan bijaksana dan sangat sidik paningal sehingga
masyarakat pada saat itu memilih Mbah Agung menjadi Patinggi atau Petinggi dan
sekaligus memberi nama Desa tersebut dengan “Desa Ngambek”.karena
orang-orangnya mudah sekali tersinggung,marah,dan suka berkelahi. Dan sejak
kejadian tersebut sampai sekarang nama Desa Ngambek tetap digunakan, tetapi
tahun demi tahun tidak perkelahian atau masalah lagi seperti halnya sejarah
Desa Ngambeg yang dulu. Dan seiring berjalannya dari waktu kewaktu rasa kerukunan
dan gotong royong di Desa Ngambek semakin terikat.
Ngabeg ( mutung )
BalasHapusOkey
mohon dibedakan , ini ngambeg bukan ngambek.
HapusDesaku
BalasHapus